Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu
tajwid yang harus dikenal dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca
Al-Quran, antara lain :
1. Hukum Ta’awuz dan
Basmalah
Isti’azah
atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : “A’uzubillahi
minasy syaitaanir rajiim” (ﺍﻋﻮﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
cara
melafazkan basmalah adalah bunyinya:
“Bismillahir rahmaanir rahiim” (ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).
Terdapat 4 cara membaca iati’azah, basmalah dan surat :
a. memutuskan isti’azah
(berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
b. menyambungkan basmalah
dengan surah tanpa berhenti,
c. membaca isti’azah dan
basmalah terus-menerus tanpa henti,
d. membaca isti’azah,
basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.
Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca
basmalah adalah tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari
membaca basmalah suatu keharusan dengan tujuan :
a. Basmalah sebagai pemisah
dengan surat Al-Quran yang lain
b. Sebagai penghubung
dengan awal surat Al-Quran
c. Sebagai penghubung dari
kesemua surat Al-Quran
d. Menghubungkan akhir
surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi
surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau
bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang
mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.
A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari :
Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah
ayat 145 ), huruf yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), (
biru : ik hfa haqiqi), ( ungu : iqlab). 1. Izhar Halqi
1.Idzhar
Halqi
Izhar
halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya
harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan)
seperti: alif/hamzah(ء), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), dan ha’ (ﮬ). Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.
Contoh
: نَارٌ
حَامِيَةٌ
2. Idgham Bighunnah
Jika
nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya’ (ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
3. Idgham Bilaghunnah
Jika
nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ harus dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika
nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi
ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau
tanwin tersebut dibaca jelas.
4. Iqlab
Hukum
ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi
bunyi mim (م).
Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ harus dibaca Layumbażanna
5. Ikhfa’ haqiqi
Jika
nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ
B. Hukum mim mati
Selain hukum nun mati dan tanwin
adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim
mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati (مْ) yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh bacaan diatas diambil dari (QS:
Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda warna (biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi),
(hijau : izhar syafawi).
Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1.
Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila
mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan
dibaca didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم
بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)
2.
Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
Apabila
mim mati (مْ) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap
atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham
mislain atau mutamasilain.
Contoh
: (أَم مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)
3.
Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila
mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu
huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)
C. Hukum mim dan nun tasydid
Hukum
mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa pembaca
wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang
memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ
D. Hukum alif lam ma’rifah
Alif lam ma’rifah adalah
dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama
atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
-
Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti:
alif/hamzah(ء), ba’(ب), jim (ج), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa’ (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau(و), ha’ (ﮬ) dan ya’ (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu
al-qamar(ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan.
Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa
meleburkan bacaannya.
-
Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ت), tha’ (ث), dal(د), dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam(ل) dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah
matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan
dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau
bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain.
Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu
huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
-
Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat
dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah
wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ
ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
-
Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan
makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’
bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
-
Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama
makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta
dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ
ﺭَﺏﱢ
F. Hukum mad
A. PENGERTIAN DAN HURUF HURUF MAD
Menurut bahasa mad artinya “panjang” . Sedangkan
menurut istilah ilmu tajwid ialah memanjangkan bacaan menurut aturan-aturan
yang tertentu dalam Al-Qur’an.
Huruf mad ada 3 (tiga), yaitu :
o Alif dan huruf sebelumnya berbaris
fathah.
قَالُوْا
|
o Wawu mati dan huruf sebelumnya berbaris
dhommah.
قُوْلُوْا
|
o Ya mati dan huruf sebelumnya berbaris
kasrah.
قِيْلاَ
|
B. MACAM MACAM MAD
1. Mad Asli
Mad asli : Memanjangkan bacaan karena ada huruf mad dan
tidak ada sebab yang mengubah keasliannya.
Cara Membaca mad asli panjangnya 1 alif
atau 2 harakat. Nama lain dari mad asli adalah mad tabi’i
قَالُوْا,
قِيْلاَ , قُوْلُوْا
|
2. Mad Far’i
Mad far’i ialah mad yang panjangnya lebih dari pada
mad tabi’i dengan adanya beberapa sebab, yaitu bila di hadapannya terdapat
huruf hamzah yang berbaris hidup, atau huruf lainnya yang berbaris
sukun (mati) atau huruf sesudahnya itu bertasydid.
C. MACAM MACAM MAD FAR'I
Mad far’i terbagi menjadi 13 macam, yaitu :
1. Mad Wajib Muttasil
Mad wajib muttasil yaitu apabila mad asli diikuti oleh huruf
hamzah, dalam satu kata. Qadar (Ukuran) madnya dua setengah alif atau lima
harakat.
مَآءٍ
مِنْ , خَيْرُالنِّسَآءِ , نَآئِمُوْنَ وَهُمْ
|
2. Mad Ja’iz Munfasil
Ja’iz artinya boleh. Munfasil artinya terpisah.
Mad ja’iz munfasil ialah apabila mad asli bertemu dengan
huruf hamzah pada dua kata. Huruf mad pada akhir kata yang pertama dan hamzah
pada kata kedua yang menyambutnya. Hamzah tersebut berada awal kata yang kedua.
Hukum atau cara membacanya ada tiga macam, yaitu :
o Ketika cepat, yaitu satu alif atau dua
harakat.
o Ketika sederhana, yaitu dua alif atau
empatharakat.
o Ketika bertajwid betul, yaitu dua
setengah alif atau lima harakat
اَمَنُوْا قُوْاأَنْفُسَكُمْ يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ
|
3. Mad Arid Lissukun
Arid artinya baru. Lissukun artinya karena sukun (mati).
Mad Arid lissukun ialah mad asli yang diiringi huruf hidup
dalam satu kalimat, tetapi dibaca mati karena di waqafkan.
Hukum atau cara membacanya ada tiga macam,yaitu :
o Tul (panjang) yaitu 3 alif atau 6
harakat.
o Tawassut (sedang) yaitu 2 alif atau 4
harakat.
o Qasar (pendek) yaitu 1 alif atau 2
harakat.
Keterangan :
Bila tidak di waqafkan tetap mad
asli atau mad tabi’i.
تَعْلَمُوْنَ
, يَنْظُرُوْنَ
|
4. Mad Layyin atau Mad Lin
Lin artinya lunak.
Mad Lin ialah wau mati atau ya mati sesedah huruf berbaris
fathah serta diiringi sebuah huruf hidup.
Mad Lin ini terjadi bila dihentikan. Jika tidak
dihentikan,Tidak jadi mad lin atu tidak ada mad.
Membunyikan wau atau ya ketika matinya seperti
itu tidak boleh di keraskan dengan menekan suara padanya, tapi hendaknya dengan
dilunakan begitu rupa sesuai dengan namanya yaitu lunak
Hukum atau cara membacanya :
o Boleh 1 alif atau 2 harakat
o Boleh 2 alif atau 4 harakat
o Boleh 3 alif atau 6 harakat
مِنَ
الْخَوْفِ , مِنَ الْقَوْمِ ,رَأْيَ الْعَيْنِ
|
5. Mad Badal
Badal artinya ganti. Mad badal ialah terhimpunanya huruf mad
beserta hamzah dalam satu suku kata.
Hukum atau cara membacanya yaitu :
o 1 alif atau 2 harakat
آَدَمُ
, آَمَنُوْا , اِيْمَانًا
|
6. Mad farq
Farq artinya beda. Mad farq ialah mad badal yang diiringi oleh
huruf yang bertasydid. Dinamakan mad farq karena untuk membedakan bahwa hamzah
tersebut adalah hamzah untuk bertanya (Apakah).
hukum atau cara membacanya ialah :
o 3 alif atau 6 harakat
الْبَيْتَالْحَرَامْ
وَلاَآمِّيْنَ
|
7. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi/Kalimi
Lazim artinya harus. Mukhaffaf artinya
diringankan. Kilmi artinya kata. Jadi, mad lazim mukhaffaf kalimi ialah adanya
huruf mad yang diiringi atau disambut oleh huruf mati.
Hukum atau cara membacanya ialah :
o 3 alif atau 6 harakat.
آلآنَ
|
8. Mad Lazim Musaqqal Kilmi
Musaqqal artinya diberatkan. Mad lazim musaqqal kalimi ialah
apabila ada mad tabi’i bertemu dengan huruf bertasydid dalam satu kata.
Hukum atau Cara membacanya ialah :
o 3 alif atau 6 harakat.
وَلاَالضَّآلِّيْنَ
, اَلصَّآخَّهْ , اَلطَّآمَّهْ
|
9.Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Mad Lazim mukhaffaf harfi ialah mad (panjang) dengan satu
alif atau dua harakat ketika membaca huruf Ha, Ya, Tho, Hamzah, Ra. Yang
terdapat pada awal surah-surah Al-Qur’an tertentu.
ح : حم
DIBACA: HÄMÏM ي : يس DIBACA: YÄSÏN ط : طه DIBACA: THÖHÄ ه : طه DIBACA: THÖHÄ ر : الر DIBACA: ALIF LÄMRÖ |
10. Mad Lazim Musaqqal Harfi
Mad lazim musaqqal harfi ialah mad (panjang) dengan tiga
atau enam harakat.
Cara membaca mad lazim musaqqal harfi, yaitu membaca huruf
yang diberi tanda tiga alif atau enam harakat.
Kemudian apabila ada tanda syaddah, maka membaca mad lazim
musaqqal harfi harus di idghomkan kepada huruf yang berada dihadapanya.
Disini yang di idghomkan ialah huruf lam kepada mim dan
huruf sin kepada mim.
Contoh : .
11. Mad Silah
Silah artinya bergabung . Mad silah ialah mad yang berlaku
pada ha dhamir (kata ganti). Khususnya pada hu dan hi yang artinya “dia” .
Letaknya selalu di akhir kalimat.
Mad silah terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
o Mad silah qasirah
Artinya mad silah yang pendek
Yang di maksud adalah mad yang terjadi sesudah bersambungnya
“ha dhamir” dengan huruf hidup.
Hukum atau cara membacanya ialah :
1 alif dan 2 harakat
اِنَّهُ
كَانَ , مَافىِالسَّمَوَاتِ وَلَهُ
|
o Mad silah tawilah
Artinya mad
silah yang panjang.
Yang
dimakasud adalah mad yang terjadi jika “ha dhamir” terdapat huruf Hamzah yang
hidup.
Hukum atau cara membacanya ialah :
o 2 sampai 5 harakat.
اِلاَّبِإِذْنِهِ
عِنْدَهُ ,اِلاَّ بِمَاشَآءَ
|
12. Mad Iwad
Iwad artinya ganti.Mad iwad ialah apabila Fathatain pada
bacaan waqaf (bacaan berhenti) di akhir kalimat.
Hukum atau cara membacanya adalah 1 alif atau 2 harakat.
Kecuali ta marbutah yang berbaris fathatain, bila dihentikan tidak jadi mad
iwad, akan tetapi menjadi “HA”.
لِبَاسَا
, عِوَاجَا
|
13. Mad Tamkin
Tamkin artinya penetapan. Mad tamkin ialah mad yang terdiri
dari 2 huruf “ya” yang bertemu dalam satu kalimat, sedangkan yang pertama
berbaris kasrah dan bertasydid , dan yang kedua mati(sukun).
عِتِيِّيْنَ
, عِلِيِّيْنَ ,حُيِّيْتُمْ ,نَبِيِّيْن
|
G. Hukum ra’
Hukum ra’ adalah hukum
bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar
atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
* Bacaan ra’ harus
dikasarkan apabila:
1. Setiap ra’ yang
berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
2. Setiap ra’ yang berbaris
mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
3. Ra’ berbaris mati yang
huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
4. Ra’ berbaris mati dan
sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa
dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
* Bacaan ra’ yang
ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra’ yang berbaris
bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2. Setiap ra’ yang
sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
3. Ra’ mati yang sebelumnya
juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf
isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
* Bacaan ra’ yang harus
dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris mati yang
huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf
isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).
H. Qalqalah
Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada
huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf
qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba’ (ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
- Qalqalah kecil yaitu
apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya
adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
- Qalqalah besar yaitu
apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau
berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan
tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ
I. Waqaf (وقف)
Waqaf dari sudut bahasa
ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah
menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk
bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis
waqaf yaitu:
- ﺗﺂﻡّ (taamm) – waqaf sempurna –
yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara
sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak
mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan
bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ﻛﺎﻒ (kaaf) – waqaf memadai –
yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak
memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ﺣﺴﻦ (Hasan) – waqaf baik –
yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun
bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
- ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) – waqaf buruk –
yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau
memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang
lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1.
Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf
Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf
Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada
kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat
jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
2.
tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda Waqaf Mutlaq
dan haruslah berhenti.
3.tanda
jim ( ﺝ ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih
baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak
berhenti.
4.
tanda zha ( ﻇ ) bermaksud lebih baik tidak
berhenti
5.
tanda sad ( ﺹ ) disebut juga dengan Waqaf
Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun
diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara
hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan
berhenti pada waqaf sad
6.
tanda sad-lam-ya’ ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari
“Al-washl Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih
baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;
7.
tanda qaf ( ﻕ ) merupakan singkatan dari
“Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf
sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh
diwaqafkan
8.
tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari
“Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh diwasalkan”, maka dari itu
lebih baik diwasalkan walau kadang kala boleh berhenti
9.
tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni
lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat
yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti
10.
tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti
seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti
seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan
11.
tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti
waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12.
tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud “Jangan
berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan
ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti
dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak
13.
tanda kaf ( ﻙ ) merupakan singkatan dari
“Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini
serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14.
tanda bertitik tiga ( ... ...) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah
atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di
mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda
tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada
tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak
hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari memerlukan waktu
pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan
pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus
dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab
kecil ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar