PUASA NAZAR
1. PENGERTIAN PUASA NAZAR
Puasa nazar wajib ditunaikan apabila kita telah berperoleh
ataupun berjaya mendapatkan sesuatu apa yang kita ingini itu. Jika apa yang
kita nazarkan itu tidak berjaya maka tidaklah wajib keatas kita untuk
menunaikan nazar tersebut. Puasa wajib nafsi adalah suatu ibadah yang wajib
dikerjakan akan sesuatu permintaan yang bersyarat (menepati janji) dan disebut
juga dengan nama puasa nazar. Contohnya seperti berkata seseorang itu sekiranya
ditakdirkan isteriku melahirkan anak perempuan maka aku bernazar untuk berpuasa
satu hari. Jika betul ia mendapat anak perempuan maka wajiblah ia berpuasa.
2. MACAM-MACAM PUASA NAZAR
Puasa Nazar terbagi : a) puasa nafsi, b) puasa ahli, c)
puasa juriat.
a. Puasa Nafsi
Melaksanakan puasa yang berkaitan dengan pribadi masing-masing
orang. Puasa ini bukannya tidak untuk berjamaah, dan puasa nafsi dilaksanakan
apabila menginginkan sesuatu atau ber-nazar.
Sebelum melaksanakan puasa nazar hendaklah dimohonkan dahulu
kepada Allah akan segala keinginan kita, dan apabila telah terkabulnya
permohonan barulah melaksanakan puasa nazar. Jadi bila kita ingin bernazar yang
sesungguhnya ialah dengan berpuasa, haram hukumnya dengan bernazar kepada
sesuatu tempat/kuburan/benda/orang, dll. Boleh bernazar ke suatu tempat ialah
ke Baitullah, Madinah dan Masjidil Aqsha. Pelaksanaan puasa nazar adalah selama
1 hari saja yang dilakukan apabila sudah mencapai keberhasilan. Dan bila telah
berhasil tetapi tidak mau melaksanakan puasa nazarnya (ingkar akan janji
nazarnya) mendapatkan kifarat.
b. Puasa Ahli
Ialah melaksanakan suatu puasa nazar yang ada kaitannya
dengan orang lain (maksudnya bukan untuk pribadi sendiri). Contohnya: misal ada
seseorang yang kita nazarkan, dan dengan nazar kita orang itu dari perbuatan
yang tidak baik menjadi baik.
c. Puasa Juriat
Ialah melaksanakan sesuatu nazar kepada tempat ibadah. Yang
dimaksud tempat ibadah di sini ialah tempat-tempat yang suci:
• Bernazar ke Baitullah (Rumah Allah).
• Bernazar ke Masjidin Nabawi (Rumah
Nabi).
• Bernazar ke Baitul Muqadis/Masjidil
Aqsha (Rumah Suci).
Bila bernazar kepada selain ke-3 tempat tersebut tidaklah
benar. Seandainya kita telah berikhtiar untuk menunaikan haji ke Makkah akan
tetapi sesuatu terhalang oleh adanya sesuatu sebab, sakit, hamil, atau lainnya,
maka bernazarlah, dan bila berhasil laksanakan puasa nazar selama 10 hari
berturut-turut, untuk harinya bebas.
Bernazar ke Masjidin Nabawi, bila berhasil puasa nazar
selama 7 hari berturut-turut, juga harinya bebas. Bernazar ke Baitul
Muqadis/Masjidl Aqsha, bila berhasil puasa nazar selama 3 hari berturut-turut,
yaitu tanggal-tanggal 11, 12 dan 13 (sama dengan puasa nazar ahli nikah).
3. TATA CARA PELAKSANAAN
Pada dasarnya sama dengan puasa Ramadan, hanya niatanya sbb.
نَوَيْتُ صَوْم غَدٍ لِنَذَرٍ فَرْضَا
ِللهِ تَعَالَى
Artinya:
“saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan nazar( dalam
hati menyebut nazarnya) farda karena Allah.”
4. SANGSI YANG MENINGGALKANNYA
Jika dalam nazarnya ia mengucapkannya akan berpuasa selama
satu bulan berturut-turut, ternyata ia tidak mampu memenuhi nadzar tersebut,
maka baginya harus membayar kaffarat (tebusan/denda) atas nazar yang ia
langgar, yaitu memilih salah satu dari tiga bentuk kaffarat berikut:
Pertama: membebaskan budak/hamba sahaya, namun untuk saat
ini tidak ada budak, sehingga untuk menerapkan kaffarat tersebut bisa dibilang
sulit atau tidak bisa.
Kedua : memberi makan sepuluh fakir miskin, atau memberi
pakaian mereka, seseuai dengan kadar makanan atau pakaian yang biasa ia berikan
kepada keluargannya.
Ketiga : berpuasa selama tiga hari, tidak harus
berturut-turut.
Itulah kaffarat bagi orang yang melanggar nadzarnya, ia
boleh memilih salah satu dari tiga bentuk kaffarat tersebut.
kak. bagaimana jika tidak bisa memenuhi puasa nazar kita ? apa yang harus saya lakukan
BalasHapus